Kamis, 19 November 2015
GURUKU PAHLAWANKU
Ketika kita mulai bersekolah, kita dikenalkan pada sosok yang akan membimbing kita selama kita bersekolah. Sosok itu kita sebut dengan guru. Sosok guru yang kita sebut dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Beliau-beliau lah yang mengajarkan kita kepada kebaikan selain orang tua.
Terkadang kita menemukan guru yang sangat kita sukai, namun terkadang kita mendapati guru yang kita tidak menyukainya. Entah karena terlalu keras, atau cara mengajarnya kurang sesuai dengan kita. Dan terkadang ketika kita tidak menyukai salah satu guru, kita enggan mendengarkan apa yang diajarkan beliau kepada kita.
Padahal guru mengajarkan kita pada kebaikan. Sekalipun terkadang sifat guru menyebalkan atau terlalu keras kepada kita, percayalah itu semua dilakukan untuk kebaikan kita sebagai generasi muda yang menjadi penerus cita-cita luhur bangsa Indonesia. Pernah suatu ketika, sewaktu sekolah di MAN adik kelas saya menyebut salah satu guru dengan sebutan “pelacur”, betapa menyakitkannya hati seorang guru jika di katakan seperti itu.
Padahal dalam kitab Ta’lim Muta’alim mengajarkan bahwa kita harus menghormati guru. Guru yang merupakan salah satu fasilitator dan pengantar menuju cita-cita besar kita, harusnya kita hormati dan kita hargai karena ketika kita menghargai orang lain khususnya guru, berarti kita telah mengimplementasikan dengan baik apa yang diajarkan orang tua kepada kita.
Terkadang kita mendengar berita ada guru yang cabul, ada guru yang melakukan kekerasan terhadap muridnya. Hal itu bisa merusak citra baik seorang guru, bisa menurunkan martabat guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Namun terlepas sari itu semua jasa seorang guru sangat besar terhadap kita semua. Semua ilmu-ilmunya diajarkan kepada kita, tanpa rasa pamrih, tanpa ada kata pelit di dalam mengajarkannya.
Semua itu mengantarkan kita kepada bahwa guru merupakan sosok idola dan panutan. Bagaimana jadinya jika tidak ada guru di dunia ini. Tidak ada yang membimbing kita, mengajari sopan santun kepada kita, tentunya selain orang tua. Ketika berperilaku baik dan sopan, maka guru akan mendoakan untuk kesuksesan kita. Sebaliknya ketika kita membuat guru marah, entah apa yang terbersit dalam hati dan pikirannya. Jangan sampai guru mendokan yang jelek-jelek kepada kita.
Guru-guru kita sesungguhnya, tidak meminta sesuatu yang lebih dari kita. Beliau-beliau hanya ingin melihat menjadi orang yang lebih sukses dari mereka dan bermanfaat bagi sesama. Karena ada sebuah hadis “khoirunnas anfauhum linnas”. Ketika sudah menjadi orang yang sukses dan bisa bermanfaat bagi sesama, guru hanya kan tersenyum dan berkata dalam hati kecilnya. Yang aku didik sekarang menjadi orang yang berhasil. Atau mungkin ketika kita menjadi pejabat dan orang penting, guru akan menceritakan kepada teman-temannya, itu dulu murid saya. Guru akan sangat bangga kepada kita tentunya.
Sudah sepatutnya kita menghargai, menghormati jasa-jasa guru yang tak ternilai harganya. Kita doakan yang terbaik untuk mereka. Dan selalu membuat mereka bangga dengan kita belajar bersungguh-sungguh.
Tulisan dibuat untuk Lomba Menulis "Guruku Pahlawanku", http.lagaligo.org/lomba-menulis
Langganan:
Komentar (Atom)